ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN GASTROINTESTINAL (ULKUS PEPTIKUM)
A. DEFINISI
Ulkus
peptikum adalah suatu gambaran bulat atau semi bulat/oval pada permukaan mukosa
lambung sehingga kontinuitas mukosa lambung terputus pada daerah tukak.
B. ETIOLOGI
Ulkus
peptikum biasanya disebabkan oleh hipersekresi asam lambung, namun ini hanya
merupakan salah satu faktor penyebab. Ulkus peptikum bisa pula disebabkan oleh:
-
Dekstruksi mukosa lambung
-
Obat-obatan (aspirin)
-
Zat-zat perangsang (alkohol/kafein)
-
Stress, emosi
-
Helicobacter pylori
C. GAMBARAN KLINIS
Gambaran
klinis utama Ulkus peptikum adalah nyeri opigastrium yang intermittent, yang
secara khas akan mereda setelah makan atau menelan antasida. Nyeri timbul 2 sampai
3 jam setelah makan atau pada malam hari sewaktu lambung keadaan kosong. Nyeri
ini seringkali digambarkan nyeri teriris, terbakar atau rasa tidak nyaman.
Remisi dan ekasorbasi merupakan ciri yang begitu khas sehingga nyeri di abdomen
atas yang persisten.
Biasanya
penderita tukak lambung akan mengalami penurunan BB secara umum penderita tukak
gaster. Biasanya mengeluh dyspepsia. Dyspepsia adalah suatu sindrom keluhan
beberapa penyakit saluran cerna seperti mual, muntah, kembung, rasa penuh ulu
hati, cepat merasa kenyang.
D. PATOFISIOLOGI ULKUS PEPTIKUM
Ulkus peptikum
Stress, hipersekresi HCl, obat-obatan,
zat-zat perangsang, H. pylori
Merusak mukosa lambung
Terjadi perubahan pada
sawar epitel mukosa lambung
Kerusakan jaringan
Peningkatan HCl Erosi Histamin
meningkat
Merangsang
sekresi
asam
dan pepsin,
Mual/muntah Merangsang dapat
meningkatkan
saraf
nyeri permeabilitas
kapiler
terhadap
protein
Penurunan nafsu Gangguan rasa Edema
pada mukosa
makan nyaman nyeri lambung
Perdarahan
¬hilangnya protein
plasma
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN GASTROINTESTINAL (ULKUS PEPTIKUM)
I. PENGKAJIAN
1. Wawancara
a.
Identitas Klien
Nama : Tn.
A
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan Terakhir : SMU
Pekerjaan : Purnawirawan ABRI
Alamat : Jl. Bunaken No. 40 A Makassar
Tanggal masuk RS : 12 Maret 2004
Golongan darah : O
Ruangan : Mawar
IA
b.
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn .S
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan Terakhir : S1 (Ekomomi)
Hubungan dengan klien: anak kandung
Alamat : Jl. Bunaken No. 40 A Makassar
2. Riwayat Kesehatan Saat Ini
a.
Keluhan utama
Pasien merasa sakit/nyeri pada ulu hati, merasa tidak enak dan kurang
berselera terhadap makanan, perasaan selalu kenyang dan kadang disertai dengan
muntah.
b.
Alasan masuk rumah sakit
Sejak
tadi sore pasien merasa tidak enak, merasa mual dan nyeri yang dirasakan
semakin lama semakin tidak dapat ditahan dan semakin sering timbul sehingga
pasien dan keluarganya memutuskan untuk masuk rumah sakit.
c.
Riwayat penyakit
Pasien
sudah mengalami nyeri pada ulu hati sejak 2 tahun yang lalu dan pernah dirawat
di rumah sakit Labuang Baji pada tahun 2003. Keluhan yang paling sering dirasakan
oleh pasien adalah nyeri pada ulu hati. Hal ini dapat timbul secara
terputus-putus, biasanya 2 sampai dengan 3 jam setelah makan atau pada waktu
lambung kosong dan meredah setelah menelan obat atau makanan. Pasien juga
mengatakan bahwa nyeri dapat berkurang pada saat pasien beristirahat yang cukup
atau rileks dan kontrol ke rumah sakit kira-kira satu bulan terakhir pasien
tidak lagi kontrol ke rumah sakit sebab tidak ada lagi gejala yang timbul.
Biasanya obat yang dikonsumsi adalah antasida dan beberapa obat lainnya.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sejak
kecil klien tidak pernah mengalami penyakit akut maupun kronis, namun
kadang-kadang pasien tersebut kadang-kadang flu, demam dan batuk-batuk ringan.
Klien tersebut pernah dirawat dengan penyakit gastritis sebanyak 1 kali dan
pernah juga dirawat dengan Ulkus peptikum sebanyak dua kali di rumah sakit
Labuang Baji. Selama menderita penyakit tersebut, Tn. A rajin kontrol setiap bulannya ke rumah
sakit. Riwayat penyakit gastritis sudah dialami sejak berumur 45 tahun, namun
masih dapat ditahan sampai umur 50 tahun. Dan pada akhirnya klien tersebut
mengalami Ulkus peptikum. Klien tidak pernah dioperasi dan tidak mengalami
alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien
mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
tersebut (Ulkus peptikum).
5. Riwayat Psikososial Keluarga
·
Pola koping
Klien dapat menerima keadaan penyakitnya sebagai
suatu yang wajar terjadi di usia tua.
·
Harapan klien tentang penyakitnya:
Klien berharap penyakitnya sembuh dan tidak dapat
kambuh lagi dan jangan sampai dirawat lagi di rumah sakit.
·
Faktor stressor
Merasa bosan dan diam terus di rumah
·
Konsep diri
Klien tidak merasa rendah diri karena penyakitnya
dianggap wajar terjadi pada usia tua.
·
Pengetahuan klien
Tentang penyakitnya: klien mengatakan bahwa penyakitnya merupakan hal
yang biasa terjadi pada usia tua.
·
Hubungan dengan anggota keluarganya
Baik, anak-anak klien sering berkunjung ke rumah
klien.
·
Hubungan dengan masyarakat
Klien di lingkungannya bergabung dengan masyarakat
lainnya.
·
Aktivitas sosial
Klien mau mengikuti kegiatan sosial di masyarakat
sesuai dengan kemampuannya
·
Kegiatan keagamaan
Klien rajin shalat dan mengikuti pengajian
·
Keyakinan tentang kesehatan
Klien mengatakan bahwa menjaga kesehatan itu
merupakan hal yang paling penting.
6. Kebutuhan Dasar
·
Pola makan
Sebelum sakit klien makan 3 x sehari dengan porsi
tiap kali makan 1 piring berupa nasi, sayur, kadang-kadang ada buah. Makanan
yang spesifik tidak ada dan selera makan biasa. Setelah masuk RS klien diberi
makan 3 x/hari, selera makan terganggu.
·
Pola minum
Sebelum masuk RS pasien dapat minum 8 – 9
gelas/hari dibarengi dengan minuman kesukaan klien (kopi) setiap pagi.
·
Pola eliminasi BAK
Klien buang air kecil lancar dengan frekuensi 4 –
5 x/hari, tidak ada kelainan saat klien miksi dan tidak ada keluhan lain.
·
Pola eliminasi BAB
Klien buang air besar 1 x/hari dengan konsistensi
lunak, kadang-kadang encer dan berwarna kuning.
·
Pola tidur
Sebelum masuk RS klien tidur malam sekitar jam 6 –
8 jam, klien juga mengatakan tidur siang pada pukul 13.00 – 14.00. Setelah
masuk RS istirahat sedikit terganggu karena adanya nyeri dan suasana RS tetapi
tidak terlalu mengganggu terhadap penyakitnya.
·
Aktivitas sehari-hari
Klien mengatakan bahwa ia tidak bekerja/sudah
pension, tetapi kadang-kadang melakukan aktivitas sehari-hari di rumah dengan
membersihkan halaman rumah.
7. Pemeriksaan Fisik
·
Keadaan umum
Kelemahan diakibatkan oleh adanya nyeri ulu hati
sebelum masuk RS BB klien 56 kg dan setelah di rawat BB 54 kg. Klien tidak
merasa tidak betah di RS bila tidak ada aktivitas dan vital sign TD: 130/90
mmHg, HR 100 x/menit, RR 24 x/menit, temperaturnya/suhu: 37 ºC.
·
Kulit
Kulit sudah mulai keriput, kering, tidak ada lagi
atau benjolan, sianosis (-) dan edema (-).
·
Kepala
Simetris tegak lurus dengan garis tengah tubuh,
tidak ada luka, rambut beruban.
·
Mata
Ikterus (-), refleks cahaya (+), tanda anemis (-)
·
Hidung
Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, polip (-)
tidak ditemukan darah/cairan keluar dari hidung.
·
Mulut dan tenggorokan
Bibir agak kering, sianosis (-), fungsi pengecapan
baik, tonsil tidak infeksi, jumlah gigi sudah tidak lengkap.
·
Leher
Tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid, leher dapat digerakkan dengan bebas.
·
Dada
Bentuk dan gerakan dada tetap baik/simetris.
·
Sistem pernafasan
Tidak ada sesak, pernafasan teratur dengan
frekuensi 26 x/menit, suara pernafasan normal pada auskultasi.
·
Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah selama ini teratur, frekuensi
jantung normal tidak ad tanda-tanda kelainan.
·
Sistem gastrointestinal
-
Inspeksi: bentuk abdomen datar, umbilicus tidak
menonjol, tidak ada benjolan.
-
Auskultasi: peristaltic usus meningkat, bunyi
peristaltic bising usus.
-
Palpasi: tidak dijumpai adanya massa, nyeri area epigastik, hepar dan lien
tidak teraba.
-
Perkusi; suara timpani.
·
Sistem musculoskeletal
Nyeri sendi kadang-kadang dialami klien bila cuaca
terlalu dingin, kelemahan otot (+), kekakuan otot dan sendi (-), tonus otot
sedang, atropi otot (-), edema (-).
·
Sistem neurologi
Kesadaran komfos mentis, kehilangan memori (-),
komunikasi lancar dan jelas, orientasi terhadap orang baik.
·
Sistem endokrin
Belum pernah dideteksi adanya penyakit akibat
gangguan sistem endokrin.
8. Pemeriksaan Penunjang
Penonjolan
besar berbentuk nodular pada kurvatura minor lambung melalui pemeriksaan
radiogram dengan barium.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Klasifikasi
Data
Data
Subjektif:
-
Nyeri pada ulu hati
-
Lemah
-
Selera makan menurun
Data
Objektif:
-
Gelisah
-
Meringis
-
Nadi 100 x/menit
-
RR 24 x/menit
-
BB menurun 2 kg dari 56 kg menjadi 54 kg
-
Mual/muntah
-
Porsi makanan tidak dihabiskan
-
Penonjolan pada kurvatura minor
-
Turgor kulit buruk
-
Skala nyeri 7 – 10 (berat)
-
TD 120/90 mmHg
2. Analisa
Data
Data
|
Penyebab/Etiologi
|
Masalah
|
DS:
- Lemah
- Nyeri
ulu hati
DO:
- Gelisah
- Meringis
- Nadi
100 x/menit
- RR
24 x/menit
- Skala
nyeri 7
|
Ulkus peptikum
Kerusakan sekat
penghalang/sawar mukosa
Kontinuitas mukosa
lambung terputus dan meluas sampai di epitel
erosi
Stimulus zat-zat
perangsang (alkohol, kafein, aspirin, dsb)
Merangsang ujung
saraf nyeri
|
Gangguan rasa nyaman, nyeri
|
DS:
- Nafsu
makan menurun
DO:
- BB
menurun 2 kg dari 56 kg menjadi 54 kg
- Mual/muntah
- Turgor
kulit buruk
- Porsi
makanan tidak dihabiskan
|
Ulkus peptikum
Peningkatan sekresi
lambung
Mempengaruhi kerja
N. vagus
Terjadi peningkatan
HCl (asam lambung)
Mual/muntah
Penurunan nafsu
makan
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
|
DS:
- Nyeri
ulu hati
- Lemah
DO:
- Penonjolan
pada kurvatura minor
- Skala
nyeri 9
- Gelisah
|
Zat perangsang
(alkohol, kafein, aspirin, dsb)
Restriksi mukosa
lambung
Ulkus peptikum
Kerusakan jaringan
Mukosa kapiler rusak
|
Potensial perdarahan
|
3. Diagnosa
Berdasarkan Prioritas
1)
Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan
kerusakan kontinuitas mukosa lambung yang ditandai dengan:
-
Nyeri ulu hati
-
Lemah
-
Gelisah
-
Meringis
-
Nadi 100 x/menit
-
RR 24 x/menit
-
Skala nyeri 7
2)
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya intake oral ditandai dengan:
-
Nafsu makan kurang
-
Mual
-
Muntah
-
BB menurun 2 kg dari 56 kg menjadi 54 kg
-
Turgor kulit buruk
-
Porsi makanan tidak dihabiskan
3)
Potensial perdarahan berhubungan dengan kerusakan
mukosa kapiler lambung ditandai dengan:
-
Nyeri ulu hati
-
Lemah
-
Penonjolan pada kurvatura minor
-
Gelisah
-
Skala nyeri 9
III. TUJUAN
1. Gangguan
rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan kontinuitas mukosa lambung.
Tujuan yang diharapkan:
Nyeri berkurang/hilang dengan kriteria:
-
Merasa rileks
-
Mampu tidur/istirahat dengan tenang
-
Nadi 80 x/menit
-
RR 20 x/menit
2. Nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.
Tujuan yang diharapkan.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan
kriteria:
-
Intake nutrisi yang adekuat
-
Selera makan meningkat
-
BB meningkat
3.
Potensial perdarahan berhubungan dengan kerusakan
mukosa kapiler.
Tujuan yang diharapkan
Mencegah perdarahan dengan
kriteria:
-
Klien merasa nyaman/tenang
-
Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan
·
Hematonesis
·
Pucat
·
Kulit dingin
·
Pusing
·
Sianotik
IV. INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Gangguan
rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan kontinuitas mukosa lambung.
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
Kaji tingkat nyeri, lokasi lamanya dan karakteristik
nyeri serta faktor yang dapat memperburuk atau meredakan.
|
Nyeri
merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi
karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan hal yang penting
untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan terapi
yang diberikan.
|
Beri dorongan untuk melakukan aktivitas yang
meningkatkan istirahat dan relaksasi
|
Relaksasi
otot menurunkan peristaltic dan menurunkan nyeri gastritis.
|
Anjurkan klien untuk makan dengan teratur
|
Makanan
yang mencukupi jumlah partikel dalam lambung membantu menetralisir keasaman
sekresi lambung
|
Dorong klien untuk menghindari merokok dan
menurunkan masukan minuman yang mengandung alkohol ataupun kafein, dan makan
yang mengandung gas.
|
Alkohol
pada lambung yang kosong akan mengikis lapisan mukosa. Merokok menurunkan
sekresi bikarbonat pankreas yang meningkatkan keasaman sedangkan mencerna
kafein dapat merangsang sekresi asam lambung.
|
Masase daerah yang nyeri jika pasien dapat
mentoleransi sentuhan
|
Masase
dapat meningkatkan relaksasi otot, memfokuskan perhatian dan meningkatkan
kemampuan koping.
|
Kompres hangat pada daerah nyeri
|
Meningkatkan
sirkulasi otot dan meningkatkan relaksasi otot
|
Tindakan kolaboratif
Berikan obat sesuai indikasi
·
Analgesik
·
Aseraminofen
·
Antasida
|
·
Menghilangkan
nyeri dan menurunkan aktivitas peristaltic
·
Meningkatkan
kenyamanan dan istirahat
·
Menurunkan
keasaman lambung
|
Berikan dan lakukan perubahan diit
|
Berguna
untuk membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu
|
2. Nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kurangnya intake oral.
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
Berikan makan sedikit tapi sering
|
Makan
terlalu banyak mengakibatkan rangsangan berlebihan dan berulangnya gejala.
|
Diskusikan
yang disukai klien dan masukkan dalam diet murni
|
Dapat
meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi.
|
Bantu
pasien dalam pemilihan makanan/cairan yang memenuhi kebutuhan nutrisi dan
pembatasan bila diet dimulai
|
Kebiasaan
diet sebelumnya mungkin tidak memuaskan pada pemenuhan kebutuhan saat ini
untuk regenerasi jaringan dan penyembuhan
|
Timbang
berat badan setiap hari sesuai dengan indikasi
|
Mengkaji
pemasukan yang adekuat
|
Anjurkan
makan pada posisi duduk tegak
|
menurunkan
rangsangan penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
|
Tindakan kolaboratif
Berikan
diet sesuai kebutuhan
·
Makanan
lunak
|
·
Berguna
untuk membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu.
|
Berikan
obat sesuai indikasi antiemetik
|
Untuk
menekan timbulnya rangsangan yang dapat menghambat intake oral.
|
3. Potensial
perdarahan berhubungan dengan kerusakan mukosa kapiler.
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
Pantau terhadap darah samar pada aspirat lambung
dan feses.
|
Pengkajian
yang sering dan cermat terhadap status klien dapat membantu mendiagnosa
perdarahan sebelum status klien terganggu lebih parah
|
Pantau
pH lambung setiap 4 jam
|
Dengan
mempertahankan pH lambung di bawah 5 telah menurunkan perdarahan
|
Pantau
tanda dan gejala hemorogi
|
Hemorogi
adalah komplikasi paling umum dari penyakit Ulkus peptikum. Tanda dan gejala
hemorogi dapat tersembunyi atau timbul secara bertahap dan cukup jelas dan
massif.
|
Tindakan kolaboratif
Berikan
obat sesuai indikasi
|
Pemberian
obat yang sesuai dapat mengurangi adanya perdarahan
|
Berikan
diet sesuai kebutuhan
|
Pemberian
diit yang sesuai dapat mencegah adanya kerusakan mukosa lambung yang dapat
merangsang terjadinya perdarahan.
|
V. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan
sesuai dengan rencana tindakan menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan
sesuai dengan pedoman atau prosedur teknis yang telah ditentukan.
VI. EVALUASI
Kriteria
keberhasilan
·
Berhasil
Tuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan.
·
Tidak berhasil
Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar