BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kulit yang menutupi tubuh adalah
salah satu organ yang terbesar, sekitar 16 % dari berat badan. Kulit memiliki
beberapa fungsi penting yaitu; merupakan sawar yang melindungi organisme
terhadap trauma dan pengikisan, organ sensoris taktilnya menerima rangsangan
dari lingkungan, dan berperan penting dalam pengaturan suhu dan keseimbangan
air. Kulit terdiri dari dua lapisan utama yaitu, epitel permukaan yang disebut epitel
epidermis dan lapisan ikat dibawahnya, dermis atau corium.
Scabies merupakan penyakit kulit
yang disebabkan oleh Tungau Sarcoptes Scabie tipe humanus yang merupakan
sejenis family Anthropoda yang benyak menyerang pada orang-orang yang hidup
dengan kondisi hygiene dibawah standard
dan orang-orang yang seksual aktif atau
hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas ( dengan siapa saja, tidak
memilih – milih ), sosial ekonomi rendah, kesalahan diagnosis, dan perkembangan
demografik serta ekologik. Sarcoptes Scabiei menginvasi kulit pada bagian epidermis
tepatnya pada Scratum Corneum. Dimana lapisan ini merupakan lapisan sel yang sangat gepeng penuh keratin tanpa inti tanpa
organel sitoplasma. Pada sel-sel lapisan Scratum Corneum saling melekat erat
dengan dermosom yang telah dimodifikasi. Pada lapis-lapis luar Scratum Corneum
yang telah mengalami kereatinisasi sempurna, sel-selnya akan mati, melonggar
dan akhirnya akan dilepaskan.Sarcoptes Scabie masuk kedalam Scratum Corneum
membentuk kanali kulit atau terowongan
yang lurus atau berkelok-kelok sepanjang 0,6-1,2 cm, sehingga penyakit ini
menimbulkan rasa gatal dan eksema yang disebabkan oleh garutan.
Scabies atau Kudis dapat
menyerang dan paling banyak ditemukan
pada anak-anak terutama dibawah usia 15 tahun. Scabies ini juga sering
menjangkit dikomunitas yang padat, pusat asuhan-asuhan, asrama dan panti-panti.
Tempat – tempat predileksinya yaitu
; sela – sela jari tangan, pergelangan tangan bagian dalam, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, areola mammae ( wanita ), pusat, bokong, alat kelamin
luar ( pria ) dan perut bagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
I.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit Scabie, maka kami menyusun
rumusan masalah sebagai berikut :
- Menjelaskan tentang pengertian penyakit Scabie.
- Menjelaskan tentang penyebab dan gejala penyakit Scabies.
- Menjelaskan tentang patofisiologi penyakit dan komplikasinya.
- Menyusun askep pada klien dengan masalah Scabies.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
Pengertian
Scabies adalah penyakit kulit yang
mudah menular yang disebabkan oleh infestasi tungau (kutu) yang berada dalam Stratum
Corneum kulit terutama pada tempat predileksinya.
II.2
Etiologi
Timbulnya Scabies di dahului oleh infestasi
kutu Sarcoptes Scabie Var Hominis yang membuat terowongan pada Stratum Corneum.
II.3
Patofisiologi
Kelainan kulit disebabkan oleh
masuknya tungau Sarcoptes Scabie Var Hominis kedalam lapisan kulit. Tungau betina
yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan superficial kulit dan berada
di sana selama
sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dari persendian kaki
depannya, tungau tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya
2-3 butir sehari selama 2 bulan. Kemudian kutu betina tersebut akan mati. Larva
atau telur menetas dalam waktu 3-4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta
nimfa menjadi bentuk tungau dewasa dalam tempo sekitar 10 hari. Sedangkan tungau jantan
mati setelah kovulasi. Kelainan yang timbul di kulit tidak hanya disebabkan
oleh tungau Scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan karena
merasa gatal, sehingga dapat menimbulkan infeksi sekunder. Gatal disebabkan
oleh sensitisasi terhadap cairan yang dikeluarkan oleh tungau yang memerlukan
waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papula, vesikel, urtikaria, dll. Dengan garukan dapat
menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.
Cara penularan dari jenis tungau ini
dapat melalui kontak langsung antara kulit dengan kulit misalnya dengan
berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual dan juga kontak tak
langsung (melalui benda seperti pakaian, handuk, seprei, bantal, dll).
II.4
Gejala Klinis
Gejala yang dapat ditimbulkan pada
penyakit Scabies adalah gatal pada malam hari karena aktivitas tungau yang
lebih lembab dan panas. Bintik-bintik yang panas yang menonjol berwarna
kemerah-merahan dan bernana
jika terinfeksi. Adanya terowongan pada tempat
predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan,terbentuk impetigo dan
purunkulosis, ditemukannya papul, vesikel, urtika. Pada daerah garukan dapat timbul
erosi, ekskresi, krusta dan infeksi sekunder.
II.5
Komplikasi
Komplikasi
yang mungkin timbul pada penyakit Scabies adalah :
v
Pioderma
v
Furunkulosis
v
Impetigo
II.6
Pengkajian
Pada penyakit Scabies dapat
ditemukan hasil pengkajian sebagai berikut :
- Pemeriksaan fisik
1.
Bengkak / gelembung halus pada kulit
2.
Rasa gatal yang hebat dan panas pada malam hari
/ pruritus nocturna
3.
Kulit bintik kemerah-merahan
4.
Terbentuk terowongan berwarna putih /
keabu-abuan berbentuk garis lurus pada Stratum Corneum
5.
Pustula, ekskoriasis.
- Pemeriksaan penunjang
Ditemukan
tungau melalui biopsieksisional dengan pewarna HE.
II.7
Diagnosa Keperawatan
1)
Nyeri b/d lesi kulit, pruritus nocturnal.
2)
Kerusakan integritas kulit b/d penggarukan
pruritus.
3)
Gangguan citra tubuh b/d persepsi penampilan.
4)
Gangguan istirahat tidur b/d rasa gatal pada
malam hari.
5)
Kecemasan orang tua dan anak b/d kondisi penyakit klien, reaksi hospitalisasi.
6)
Kerusakan interaksi sosial b/d isolasi dari
teman sebaya.
II.8
Intervensi Keperawatan
1)
Nyeri b/d lesi kulit, pruritus nocturnal.
Kriteria
hasil :
- Klien menunjukan nyeri berkurang
dan terkontrol.
- Terlihat rileks dan dapat
tidur/istirahat.
a.
Kaji tingkat nyeri dengan skala 0-10.
R/ : Memudahkan perawat dalam menentukan tingkat nyeri.
b.
Catat lokasi dan factor-faktor pencetus.
R/ :
Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan asuhan.
c.
Gunakan terapi bermain, relaksasi sesuai usia
dan kondisi.
R/ : Mengalihkan perhatian terhadap nyeri sehingga nyeri berkurang.
d.
Biarkan klien untuk mengambil posisi yang nyaman
pada waktu tidur/ duduk.
R/ : Pemberian posisi yang nyaman membantu klien untuk berelaksasi.
2)
Kerusakan integritas kulit b/d penggarukan
pruritus.
Kriteria
hasil :
-
Menunjukan regenerasi jaringan.
-
Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka.
a.
Lakukan program terapeutik sesuai ketentuan atau
dukungan dan bantu orang
tua dalam melakukan rencana pengobatan.
R/ : Untuk meningkatkan pemulihan kulit.
b.
Kaji kulit setiap hari, catat warna, turgor,
sirkulasi dan sensasi gambaran lesi dan amati perubahan.
R/ : Memberikan informasi dasar tentang sirkulasi pada area graft.
c.
Jaga agar pakaian dan linen tetap bersih dan
kering.
R/ : Untuk meminimalkan ekskoriasis dan infeksi kulit.
d.
Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih.
R/ : Untuk meminimalkan trauma dan
infeksi sekunder.
e.
Berikan pakaian yang tipis, longgar dan tidak
mengiritasi.
R/ : Panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal.
f.
Anjurkan klien untuk mandi air hangat dan
menggunakan sabun yang tidak mengiritasi.
R/ : Untuk meningkatkan personal hygiene, meminimalkan rasa gatal.
g.
Berikan obat topical sesuai indikasi dan anjurkan kepada klien untuk tidak mandi
selama pengobatan (24 jam).
- Gamecsan atau benzyl benzoat
- Vaselin, lindane
R/ : Obat
diatas membantu untuk mengontrol lesi/gatal.
3)
Gangguan citra tubuh b/d persepsi penampilan.
Kriteria
hasil :
-
Klien menunjukan citra diri yang positif.
a.
Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan
tentang penampilan pribadi dan reaksi yang dirasakan dari orang lain.
R/ : Untuk memfasilitasi koping pada anak.
b.
Diskusikan bersama anak dan orang tua tentang perbaikan kondisi kulit.
R/ : Untuk memberikan harapan pada anak.
c.
Ajarkan perawatan diri yang tepat.
R/ : Untuk mendorong rasa keadekuatan.
d.
Bantu anak memperbaiki penampilan (pakaian yang
bersih).
R/ : Untuk meningkatkan citra diri yang positif.
4)
Gangguan istirahat tidur b/d rasa gatal pada
malam hari.
Kriteria
hasil :
-
Klien melaporkan perbaikan dalam pola tidur.
-
Mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera dan segar.
a.
Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang
terjadi.
R/ : Mengkaji
perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
b.
Berikan tempat tidur yang nyaman, pertahankan
agar seprei tetap bersih, kering dan tidak berkerut.
R/
: Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis dan
gatal kulit disebabkan oleh kain
lembab menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi.
c.
Intruksikan tindakan relaksasi dan kurangi
kebisingan.
R/ : Membantu
menginduksi tidur, menciptakan situasi yang kondisif untuk tidur.
d.
Tingkatkan regrigmen kenyamanan waktu tidur,
misalnya mandi air hangat, minum segelas susu hangat.
R/ : Meningkatkan efek
relaksasi.
5)
Kecemasan orang
tua dan anak b/d kondisi penyakit klien, reaksi hospitalisasi.
Kriteria
hasil :
-
Orang tua dan anak menunjukan kecemasan yang minimal.
- Klien menunjukan keterampilan pemecahan masalah dan
menggunakan koping yang efektif.
a.
Berikan penjelasan dengan sering dan informasi
tentang prosedur perawatan.
R/ : Menurunkan ketakutan dan ansietas, memperjelas
kesalahan konsep dan meningkatkan kerja sama.
b.
Anjurkan orang
tua untuk selalu berada disamping anak.
R/ : Mempertahankan kontak dengan realitas keluarga,
membuat rasa kedekatan dan kesinambungan hidup.
c.
Berikan permainan yang menarik kepada anak
selama tidak bertentangan dengan pengobatan dan perawatan.
R/ : Dengan permainan dapat mengurangi ketakutan dan
kecemasan sewaktu dilaksanakan asuhan keperawatan.
d.
Libatkan keluarga/ orang tua klien dalam setiap tindakan.
R/ : Meningkatkan partisipasi orang tua terhadap tindakan keperawatan di
harapkan dapat mengurangi ansietas.
e.
Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata,
sikap tubuh dan sentuhan.
R/ : Dapat meningkatkan rasa percaya diri pada anak
dan meminimalkan ansietas.
6)
Kerusakan interaksi sosial b/d isolasi dari
teman sebaya.
Kriteria
hasil :
-
Pasien memahami alasan isolasi
-
Pasien mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang tepat.
a.
Jelaskan alasan pengisolasian dan penggunaan
kewaspadaan khusus.
R/ : Untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembatasan.
b.
Sebelum melakukan tindakan perkenalkan diri pada
anak.
R/ : Menjalin hubungan kedekatann dan meningkatkan harga diri anak.
c.
Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan
penampilan fisik.
R/ : Untuk mendorong penerimaan teman sebaya.
BAB III
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari
makalah ini adalah :
1.
Scabie (the itch, gudik, budukan, gatal agogo)
adalah penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes
Scabiei Var Hominis yang menyerang pada Stratum Corneum dan membuat
terowongan di dalam kulit yang menimbulkan rasa gatal yang hebat dan panas
terutama pada malam hari.
2.
Tempat predileksinya adalah : sela,sela jari
tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola
mammae, pusat, bokong, alat kelamin luar pria, perut bagian bawah, pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
3.
Cara penularannya adalah melalui kontak langsung
yaitu kulit dengan kulit misalnya berjabat tangan, tidur bersama, hubungan
seksual dan kontak tak langsung yaitu melalui benda misalnya pakaian, handuk,
sprei, bantal, dll.
4.
Penyakit Scabies dapat di obati dengan
menganjurkan klien untuk mandi air hangat dan menggunakan sabun yang tidak
iritatif kemudian mengoleskan obat topical, gameksan dalam bentuk krim atau
lotion. Bila tidak tersedia bisa diganti dengan benzyl benzoate 10-20 %,
diberikan pakaian bersih dan dilarang mandi selama 24 jam atau selama
penggunaan obat.
5.
Penyakit ini dapat diberantas dan prognosisnya
baik bila pilihan obat dan cara pemakaian tepat, factor predisposisi
dihilangkan (personal hygiene ditingkatkan).
III.2
Saran
Melalui
makalah ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih pengetahuan mengenai
Scabies dan penatalaksanannya (asuhan keperawatan yang profesional ).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Adam A. M. Dr. Sp. Kk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Makassar.
2002.
2.
Arif Mansjoer, dkk.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4 Jilid 2. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. 2000
3.
Brunner dan Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 .Vol. 3. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
2001.
4.
Donna L Wong, Pedoman klinis perawatan pediatric, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta, 2004.
5.
http://www.eramoslem.com/ks/ks/53/17448,1,v.html.
8.
http://spellster.com/s/scabies.
10.
http://www.iptek.net.id/ind/cakra_obat/tanamanobat.php?id=111
11.
Marilynn E. Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC. Jakarta. 1999.
12. Staf
Pengajar Ilmu Keperawatan Anak FK-UI,
Ilmu Kesehatana Anak. IU- Press. Jakarta.1985.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar