Minggu, 03 November 2013

KTI: Gambaran pengetahuan kepala keluarga tentang kesehatan lingkungan




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Semenjak umat manusia menghuni planet bumi ini, sebenarnya mereka sudah seringkali menghadapi masalah-masalah kesehatan serta bahaya mematikan yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan hidup yang ada di sekeliling mereka seperti benda mati, mahluk hidup, adat istiadat, kebiasaan dan lain-lain. Usaha-usaha pun mulai dilakukan oleh individu, masyarakat atau negara untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya masalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan hidup (Chandra Budiman, 2006)
Pemanasan global atau global warming juga merupakan masalah serius yang sedang mengancam lingkungan  kita saat ini. Salah satu akibat dari pemanasan global adalah rusaknya lapisan ozon dan perubahan iklim yang tidak menentu. ozon adalah lapisan mantel bumi, yang berfungsi melindungi bumi beserta isinya dari sinar ultra violet secara langsung. Bisa dibayangkan jika tidak ada lagi lapisan ozon yang melindungi bumi, maka tidak akan ada lagi siklus kehidupan. Kalau boleh saya bilang dunia bakal kiamat. Pernahkah kita semua memikirkan, bagaimana keadaan ozon saat ini? Menurut penelitian para ilmuwan dunia, lapisan ozon telah mengalami penipisan dari tahun ke tahun. Bahkan katanya saat ini sudah ada lubang ozon di dareah Arizona. Lubang ozon itu terbentuk karna adanya dampak dari pemanasan global (global warming), efek rumah kaca dan lainnya. Bila ada lubamg ozon berarti di situlah sinar UV memancarkan sinarnya secara langsung, tanpa adanya penyaring (lapisan Ozon). Semua mahkluk hidup di bumi tidak akan mampu bersentuhan langsung dengan sinar UV tersebut. Cahaya matahari yang kita terima/rasakan setiap hari, sudah merupakan hasil penyaringan dari ozon. Sehingga sudah tidak bebrbahaya lagi bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya di muka bumi  (http://andaka.com).
Rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat diawali dengan tinjauan  tentang keadaan, masalah dan kecenderungannya dalam bidang kesehatan di Indonesia. Menurut survey kesehatan rumah tangga 1995 dikatakan bahwa penyakit yang erat hubungannya dengan perilaku dan lingkungan masih termasuk dalam sepuluh besar penyakit yang diderita oleh penduduk di Indonesia. Sampai saat ini masih ada masyarakat yang belum membiasakan diri untuk buang air besar pada tempat yang benar, masih membuang sampah sembarangan, serta memperluas lahan pertanian dan perikanan dengan melakukan penebangan hutan tak terkendali tanpa mempertimbangkan keseimbangan lingkungan sehingga menyebabkan terjadinya ledakan pembiakan nyamuk dan hewan penular penyakit lainnya sehingga akan memperburuk situasi. Angka kesakitan yang disebabkan oleh buruknya kesehatan lingkungan ini diperkirakan masih akan meningkat di masa yang akan datang seiring dengan semakin banyaknya kawasan-kawasan kumuh, baik dipekotaan maupun di daerah semi urban.  Usaha kesehatan lingkungan di Indonesia mulai dirilis sejak tahun 1882 dimana pada saat itu telah berhasil disusun undang-undang tentang hygiene. Tetapi sampai saat ini kesehatan lingkungan di Indonesia masih dirasakan belum memenuhi kebutuhan sanitasi dasar yaitu sanitasi minimal yang diperlukan agar dapat memenuhi krieria kesehatan pemukiman. Kriteria tersebut antara lain adalah perbaikan perumahan, jamban, sarana penyediaan air minum, pembuangan sampah dan air limbah (Sumijatun dkk, 2005)
Di daerah lingkungan Ponre, dimana keadaan lingkungannya masih kurang terjaga mengakibatkan daerah tersebut rentang terhadap suatu penyakit. Salah satu contohnya adalah tempat pembuangan sampah yang kurang memadai, dimana warga hanya membuang  sampah di sekitar  rumah  dan  juga  air  limbah yang berasal dari rumah  tangga tidak dikelolah  dengan  baik. Khusus untuk Penduduknya untuk tahun 2012 berjumlah 2031 orang dengan jumlah laki-laki 1021 orang dan perempuan  1010 orang dengan jumlah kepala keluarga di lingkungan Ponre 468 kepala keluarga. Pengaruh  pengetahuan terhadap kesehatan lingkungan sangat berpengaruh karena dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan terhindar dari penyakit .
latar belakang itulah maka penulis memilih judul “Gambaran pengetahuan kepala keluarga tentang kesehatan lingkungan di lingkungan Ponre  kecamatan  Gantarang  kabupaten  Bulukumba  tahun 2013”.


B.     Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: bagaimanakah gambaran pengetahuan kepala keluarga tentang kesehatan lingkungan di lingkungan Ponre kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba tahun  2013 ?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Telah diketahui gambaran pengetahuan kepala keluarga tentang kesehatan lingkungan di lingkungan Ponre kecamatan  Gantarang kabupaten Bulukumba tahun 2013.
2.      Tujuan khusus
a.       Telah diketahui  gambaran pengetahuan kepala keluarga tentang kesehatan lingkungan di lingkungan Ponre kecamatan Gantarang  kabupaten Bulukumba  kategori  baik.
b.      Telah diketahui Gambaran pengetahuan kepala keluarga tentang kesehatan lingkungan di lingkungan Ponre kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba  kategori cukup.
c.       Telah diketahui Gambaran pengetahuan kepala keluarga tentang kesehatan lingkungan di lingkungan Ponre kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba  kategori kurang.


D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat  Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang terkait dalam merumuskan program pelayanan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat  tentang  kesehatan  lingkungan.
2.      Manfaat  Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi peneliti berikutnya sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Tentang Pengetahuan
1.      Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil "tahu" dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan adalah gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budidaya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. (Suparyanto, 2010)
2.      Tingkat Pengetahuan
a.       Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b.      Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpresentasikan materi tersebut secara benar, orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh, menyimpulkan, meramal dan sebagainya, terhadap objek yang telah dipelajari.
c.       Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya) aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam kontek atau situasi lain.
d.      Analisis (Analisys)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisai tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e.       Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan sintesis adalah suatu kemampuan untuk formulasi-formulasi yang ada.
f.       Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang ada. (Suparyanto, 2010)


3.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut yaitu :
a.       Faktor Internal
1)      Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar tidak mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, pendidikan meliputi pembelajaran keahlihan khusus, dan juga sesuatu yang tidak dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.
2)      Minat
Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, minat merupakan kekuatan diri dalam diri sendiri untuk menambah pengetahuan.
3)      Intelegensi
Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah pengetahuan intelegensi dimana seseorang dapat bertindak secara tepat, cepat dan mudah dalam pengambilan keputusan, seseorang yang mempunyai intelegensi yang rendah akan bertingkah laku lambat dalam mengambil keputusan.
b.      Faktor eksternal
1)      Media Masa
Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media masa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan masyarakat.
2)      Pengalaman
Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan kesan paling dalam akan menambah pengetahuan seseorang.
3)      Sosial Budaya
Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan berevolusi dimuka bumi ini sehingga hasil karya, karsa dan cipta dan masyarakat. Masyarakat kurang menyadari bahwa kurang mengetahui beberapa tradisi dan sosial budaya yang bertentangan dari segi kesehatan yang dimana hal ini tentunya berkaitan atau tidak terlepas dari suatu pendidikan.
4)      Lingkungan
Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan seseorang.


5)      Penyuluhan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode penyuluhan, dan pengetahuan bertambah seseorang akan berubah perilakunya.
6)      Informasi
Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif baru bagi penambah pengetahuan. Pemberian informasi adalah untuk menggugah kesadaran ibu hamil terhadap suatu motivasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan. (Suparyanto, 2010)
B.     Tinjauan Umum  Tentang Kesehatan Lingkungan
1.      Pengertian Kesehatan Lingkungan
Menurut Notoatmodjo kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Menurut Walter R.L kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Menurut WHO kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada diantara manusia dan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Menurut Susanna D, dkk kesehatan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari hubungan interaktif antara komunitas dengan perubahan lingkungan yang memiliki potensi bahaya/menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit serta mencari upaya penanggulanganya.           (Sumijatun dkk, 2005)
Menurut WHO, kesehatan lingkungan adalah  suatu keseimbangan ekologis yang harus ada antara manusia dengan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Ruang lingkupnya mencakup penyediaan air minum, air buangan dan pengendalian pencemaran, pengelolaan sampah padat, pengendalian vector, pencegahan dan pengendalian pencemaran tanah dan ekskreta manusia, hygiene makanan, pengendalian pencemaran udara, pengendalian radiasi, kesehatan kerja, pengendalian kebisingan perumahan dan permukiman, perencanaan daerah perkotaan, kesehatan lingkungan transportasi udara, laut dan darat, pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan sanitasi yang berhubungan dengan epidemik dan bencana
2.      Indikator Kesehatan Lingkungan
Dari berbagai permasalahan yang ada mengenai kesehatan lingkungan di negara berkembang, ada lima area penting yang perlu untuk dipahami yaitu perumahan, penyediaan air bersih, penanganan sampah, penanganan tinja dan pembuangan air limbah.
a.       Perumahan
Rumah merupakan salah satu persyaratan bagi kehidupan manusia. Karena sebagian besar waktu kehidupan manusia dihabiskan dirumah. Persyaratan rumah sehat menjadi sangat penting. (Sumijatun dkk, 2005)
Perumahan yang baik terdiri dari kumpulan rumah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukungnya seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air bersih, lampu jalan, lapangan tempat bermain anak-anak, sekolah, tempat ibadah, balai pertemuan dan pusat kesehatan masyarakat serta bebas banjir. (Chandra budiman, 2006)
Yang paling penting perumahan yang baik harus mempunyai ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut :
1)      Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang optimum bagi pernapasan.
2)      Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara pengenceran udara.
3)      Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang.
4)      Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan.
5)      Mengeluakan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal.
6)      Mendisfungsikan suhu udara secara merata. (Putraprabu, 2009)


b.      Penyediaan Air Bersih
Air merupakan salah satu unsur  yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Didalam tubuh manusia sendiri sebagian besar terdiri atas air. Menurut proporsinya tubuh orang dewasa mengandung air sekitar 55-60%, anak-anak 65% dan bayi 80%. Menurut perhitungan WHO dinegara maju tiap orang memerlukan sekitar 60-120 liter per hari. Sedangkan dinegara berkembang termasuk Indonesia memerlukan 30-60 liter air perhari. Air yang dikonsumsi juga harus melewati syarat-syarat kesehatan yang telah ditentukan. (Sumijatun dkk, 2005)
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah.
1)      Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbondioksida, nitrogen, dan amonia.
2)      Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungi, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
3)      Air Tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni  dibanding air permukaan. (http://kesehatanlingkungan.com)
c.       Pembuangan Kotoran Manusia
Permasalahan pembuangan kotoran manusia (tinja) semakin meningkat dengan adanya penambahan penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman. Ditinjau dari segi ilmu kesehatan masyarakat ,masalah pembuangan tinja merupakan masalah yang urgen untuk di atasi, karna tinja dapat menyebarkan penyakit, antara lain tifus, disentri, kolera, dan bermacam-macam cacing seperti cacing gelang, kremi, tambang dan pita. Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka perlu adanya persyaratan yang harus dipenuhi. (Sumijatun dkk, 2005)
Jamban sendiri merupakan tempat penampung kotoran manusia yang sengaja dibuat untuk mengamankannya, dengan tujuan mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia dan mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya. (Dinsum, 2009)
d.      Penanganan Sampah
Menurut para ahli kesehatan masyarakat  di Amerika, sampah (limbah) adalah sesutau yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinaya. Sampah terdiri dari 3 jenis yaitu sampah padat, cair dan gas. (Sumijatun dkk, 2005)
Sampah ialah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ini ada yang mudah membusuk dan adapula yang tidak mudah membusuk. Yang membusuk terutama terdiri atas zat-zat organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain. Sedangkan yang tidak membusuk dapat berupa plastik, kertas, karet, logam ataupun abu, bahan bangunan bekas dan lain-lain. (Salmet Soemira juli, 2009)
e.       Penanganan Air Limbah
Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga, industry maupun tempat  tempat umum lainnya. Pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. (Sumijatun dkk, 2005)
3.      Syarat-Syarat Kesehatan Lingkungan
a.       Perumahan
Persyaratan perumahan yang sehat yaitu :
1)      Memenuhi kebutuhan fisiologis
a)      Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah, sebaiknya tetap berkisar antara 17 - 20ºC.
b)      Harus cukup mendapat penerangan baik siang maupun malam.
c)      Harus cukup mendapatkan pertukaran hawa (ventilasi) sehingga menyebabkan hawa ruangan tetap segar (cukup mengandung oksigen).
d)     Harus cukup mendapatkan isolasi udara, sebaiknya perumahan jauh dari sumber-sumber suara yang gaduh misalnya : pabrik, pasar, sekolah, lapangan terbang, stasiun bus, dan sebagainya.
2)      Memenuhi Kebutuhan Psikologis
a)      Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa keindahan.
b)      Adanya jaminan kebebasan yang cukup bagi setiap anggota keluarga.
c)      Anggota kelurga yang mendekati dewasa harus mempunyai ruangan sendiri-sendiri.
d)     Harus ada ruang kumpul keluarga.
e)      Harus ada ruangan untuk bermayarakat yaitu ruang tamu.
3)      Menghindarkan Terjadinya Kecelakaan
a)      Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak mudah ambruk.
b)      Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur kolam dan tempat lain terutama anak-anak.
c)      Diusahakan agar tidak mudah terbakar.
d)     Adanya alat pemadam kebakaran.
4)      Menghindarkan terjadinya penyakit
a)      Adanya sumber air yang sehat, cukup kualitas maupun kuantitasnya.
b)      Harus ada tempat pembuangan kotoran.
c)      Harus cukup luas. Luas kamar tidur ± 5mm2 per kapita per luas lantai.
d)     Harus dapt mencegah perkembang biakan vektor penyakit seperti nyamuk, lalat, tikus dan sebagainya.
b.      Penyediaan Air Bersih
Syarat air yang sehat yaitu :
1)      Syarat fisis air yaitu : jernih, tak berwarna, tak berasa dan tak berbau.
2)      Syarat khemis air yaitu tidak mengandung zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan seperti zat-zat racun dan tidak mengandung mineral-mineral serta zat-zat organik yang lebih tinggi dari jumlah yang dibutuhkan.
3)      Syarat bakteriologis tidak mengandung sesutau bibit penyakit, tidak mengandung bakteri Eschericha Coli dan bakteri Saprophyt tidak lebih dari 100/ml air.
c.       Pembuangan Kotoran Manusia
Persyaratan pembuangan kotoran manusia (jamban) yang sehat adalah:
1)      Jamban di bangun tertutup artinya terlindung dari pandangan orang lain, terhindar dari hujan dan panas serta seranggan dan hewan lain.
2)      Bangunan jamban mempunyai tempat berpijak dan lantai yang kuat, mudah dibersihkan dan lantai tidak licin.
3)      Lokasi jamban tidak mengganggu pandangan/merusak estetika bangunan dan tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.
4)      Perlengkapan/sarana di jamban selalu tersedia seperti air dan sabun.
d.      Penanganan Sampah
Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia maka perlu pegaturan dalam pembuangannya, adapun cara penanganannya yaitu :
1)      Penyimpanan Sampah
Untuk tempat sampah di tiap tiap rumah isinya cukup 1 meter kubik.
2)      Pengumpulan Sampah
a)      Perorangan, tiap-tiap keluarga mengumpulkan sampah dari rumahnya masing-masing untuk dibuang pada tempat tertentu.
b)      Pemerintah, pengumpulan sampah di kota-kota dilakukan pemerintah dengan menggunakan truk sampah atau gerobak sampah.
c)      Swasta, hanya mengambil sampah-sampah tertentu sebagai bahan baku pada perusahaanya misalnya untuk pembuatan kertas, karton, dan plastik.
3)      Pembuangan Sampah
a)      Land fill, sampah dibuang pada tanah yang rendah misalnya sampah-sampah jenis rubbish.
b)      Sanitary land fill, sampah dibuang pada tanah yang rendah, kemudian ditutup lagi dengan tanah paling sedikit 60 cm, untuk mencegah pengorekan oleh anjing, tikus, dan binatang-binatang lainnya.
c)      Individual incineration, sampah dari rumah dikumpulkan sendiri kemudian dibakar sendiri.
d)     Inceneration dengan incinerator khusus, sampah-sampah yang  telah dikumpulkan dari truk-truk sampah dibakar dalam incinerator khusus.
e)      Pulverisation, semua sampah baik garbage maupun rubbish digiling dengan alat khusus kemudian dibuang ke laut.
f)       Composting, dari sampah yang terbuang masih dapat dibuat pupuk sebagai penyubur tanah pertanian.
g)      Hogfeeding, yang dapat dipergunakan yaitu jenis sampah misalnya sisa sayuran, ampas pembuatan tapioka, ampas pembuatan tahu dan sebagainya.
h)      Recyling, dengan cara ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah, maka bagian-bagian sampah yang masih dapat dipakai diambil lagi misalnya kertas-kertas, gelas-gelas, logam-logam dan sebagainya.
e.       Penanganan Air Limbah
Adapun cara pengolahan air limbah yaitu :
1)      Dengan Pengenceran
Air limbah dibuang ke sungai, danau atau laut agar mendapat pengenceran, cara ini hanya dapat dilakukan di tempat yang banyak air permukaan. Akan tetapi untuk saat ini cara ini sudah tidak efektif.

2)      Cesspool
Cessspool ini menyerupai sumur tapi gunanya untuk pembuangan air limbah, dibuat pada tanah yang berpasir agar air buangan mudah meresap ke dalam tanah
3)      Seepage Pit
Merupakan sumur tempat menerima air limbah yang telah mengalami pengolahan dalam sistem lain, dalam seepage pit ini airnya tinggal mengalami peresapan saja kedalam tanah.
4)      Septic tank
Merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan WHO tapi biayanya mahal, tehniknya sukar dan memerlukan tanah yang luas. (Entjang Indan, 2000)


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Kerangka Konsep
Hasil penelusuran kepustakaan dapat diidentifikasi bahwa tingkat pengetahuan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan penduduk terhadap kesehatan lingkungan rumah tangga. Berdasarkan hal tersebut maka kerangka konsep penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
                                   
kesehatan lingkungan
Pengetahuan kepala keluarga
 


           
Keterangan:

: variabel  yang diteliti
B.     Defenisi Operasional dan Kriteria Objektifnya
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasrkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. (Hidayat Alimul Aziz, 2007)
Pengetahuan kepala keluarga adalah hasil tahu kepala keluarga  tentang kesehatan lingkungan di Ponre yang meliputi tentang indikator kesehatan lingkungan dan syarat kesehatan lingkungan. Kuesioner dibuat dalam bentuk 20 pertanyaan dengan menggunakan skala guttman, yaitu Setiap pertanyaan kuesioner yang benar diberi nilai satu dan setiap pertanyaan yang salah diberi nilai nol.  Kriteria objektifnya yaitu:
a.       Pengetahuan baik jika jumlah total nilai jawaban responden dari kuesioner yang benar 14-20
b.    Pengetahuan cukup jika jumlah total nilai jawaban responden dari kuesioner yang benar 7-13
c.     Pengetahuan kurang jika jumlah total nilai jawaban responden dari kuesioner yang benar ≤ 6

Penilaian dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
N               : Nilai pengetahuan
Sp              : Nilai yang didapat
Sm             : Nilai tertinggi



C.    Jenis Penelitian dan Model Rancangan Penelitian
1.      Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif, yakni menggambarkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan di lingkungan  Ponre  kecamatan  Gantarang  kabupaten  Bulukumba.
2.      Model Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dimulai dari kepala keluarga yang ada di lingkungan Ponre kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba, data diambil dengan membagikan format kuesioner untuk mencari gambaran pengetahuan kepala keluraga tentang kesehatan lingkungan di lingkungan Ponre kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba.

D.    Lokasi Penelitian
Tempat penelitian adalah di lingkungan Ponre kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba pada  tanggal  17  juli  2013.

E.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat Alimul Aziz, 2007). Populasi adalah semua kepala keluarga yang berada di lingkungan Ponre.  Berdasarkan data sekunder yang didapat dari kantor desa Ponre  jumlah populasinya adalah 468 orang.

2.      Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan ditelii atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat Alimul Aziz, 2007). Sampel adalah semua kepala keluarga yang ada di lingkungan Ponre kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu  memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria yang di tentukan yaitu sebanyak 82 orang. Penentuan besarnya sampel:

n =       N        
       1+ N (d²)
   =      468  
      1+ 468(0,1)²
  =      468  
      1+ 468(0,01)
  =      468 
           5,68
  =   82 sampel

Keterangan:
N   =  Besar populasi
n    =  Besar sampel
d    =  Tingkat kepercayaan / ketepatan (0,1)
Adapun kriteria sebagai berikut:
a.       Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak diteliti. Kriteria  inklusi pada penelitian ini adalah:
1)      Responden  bersedia untuk dijadikan sampel.
2)      Responden berada di rumahnya masing-masing di lingkungan Ponre.
3)      Responden bersedia menjawab  pertanyaan sesuai yang tertera dalam kuisioner.
b.      Kriteria Eksklusi
Adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1)      Responden  tidak bersedia untuk dijadikan sampel.
2)      Responden tidak berada di rumahnya masing-masing di lingkungan Ponre.
3)      Responden tidak bersedia menjawab  pertanyaan sesuai yang tertera dalam kuisioner.
F.     Tahap Pengumpulan dan Pengolahan  Data
Pengumpulan data yaitu cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan penelitian (Hidayat Alimul Aziz, 2007). Dalam penelitian ini digunakan pengumpulan dengan cara membagikan format kuesioner kemudian dalam pengisiannya di dampingi oleh peneliti. Setelah data terkumpul sesuai dengan sampel yang telah di tentukan kemudian mengalami pengolahan dengan tehnik komputer. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu:
1.      Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2.      Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer.
3.      Data entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer.
4.      Melakukan tehnik analisis
Dalam melakukan  analisis  peneliti  menggunakan  statistik  deskriptif yaitu satistik yang membahas cara-cara meringkas, menyajikan dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna.

G.    Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:
1.      Informed Consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek
2.      Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaannya, peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode/inisial saja.
3.      Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan (Yani Achir S.Hamid, 2007).



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil penelitian
Kegiatan penelitian berlangsung dari tanggal 17 juli sampai 19 juli 2013 di lingkungan Ponre kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran pengetahuan kepala keluarga tentang kesehatan lingkungan. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang berada di lingkungan Ponre yaitu sebanyak 82 orang dari 468 populasi. Adapun hasil penelitian dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi data demografi responden berdasarkan usia di
Lingkungan Ponre kecamatan gantarang Kabupaten
Bulukumba juli 2013

Usia                                        Frekuensi                             Persentase (%)
20                                                   1                                           1,21 %
21 – 35                                           32                                         39,02 %
36  – 75                                          49                                         59,77 %
Jumlah                                          82                                         100 %
Sumber : Data primer 2013
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 1 orang responden (1,21 %) yang berusia <20 tahun, 32 orang responden (39,02 %) berusia 21-35  tahun  dan sebagian besar  berumur > 35  tahun  yaitu 49 orang responden (59,77 %).
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi data demografi responden berdasarkan jenis kelamin di Lingkungan Ponre kecamatan gantarang Kabupaten
Bulukumba juli 2013

Jenis kelamin                         Frekuensi                            Persentase (%)
Laki-laki                                        82                                          100 %
Perempuan                                      0                                               0 %
Jumlah                                          82                                          100 %
Sumber : Data primer 2013
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 82 orang responden (100 %) yang berjenis kelamin laki-laki, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan 0 orang responden (0 %).
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi data demografi responden berdasarkan pendidikan di lingkungan Ponre kecamatan gantarang  Kabupaten
Bulukumba juli 2013

Pendidikan                            Frekuensi                             Persentase (%)
SD                                                11                                          13,41 %
SMP                                              24                                          29,26 %
SMA                                             26                                          31,70 %
Diploma/S1                                  21                                          25,63 %
Jumlah                                        82                                          100 %
Sumber : Data primer 2013
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 11 orang responden (11,41 %) yang berpendidikan SD, 24 orang responden (29,26 %) yang berpendidikan SMP, 26 orang responden (31,70 %) yang berpendidikan SMA dan  responden yang  berpendidikan Diploma/S1/S2 yaitu 21 orang responden (25,63 %).
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi data demografi responden berdasarkan pekerjaan di lingkungan Ponre kecamatan gantarang 
Kabupaten  Bulukumba juli 2013

Pekerjaan                                 Frekuensi                           Persentase (%
Petani                                                31                                          37,80 %
Buruh                                                13                                          15,86 %
Wiraswasta                                       20                                          24,39 %
PNS                                                   18                                          21,95 %
Jumlah                                             82                                           100 %
Sumber : Data primer 2013
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 31 orang responden (37,80 %) yang berkerja sebagai petani, 13 orang responden (15,86 %) yang berkerja sebagai buruh, 20 orang responden (24,39 %) yang berkerja wiraswasta  dan  responden yang  berkerja sebagai PNS  yaitu 18  orang responden (21,95 %).
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi pengetahuan kepala keluarga tentang kesehatan lingkungan di lingkungan Ponre kecamatan gantarang 
Kabupaten  Bulukumba juli 2013


Kriteria                                 Frekuensi                             Persentase (%)
Baik                                               27                                           32,92 %
Cukup                                            43                                           52,43 %
Kurang                                           12                                           14,65 %
Jumlah                                          82                                           100 %
Sumber : Data primer 2013
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa kepala keluarga  dengan kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 27 orang (32,92 %), pengetahuan cukup 43 orang (52,43 %) dan  pengetahuan kurang 12 orang (14,65 %).
B.     Pembahasan
Pengetahuan adalah merupakan hasil "tahu" dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan adalah gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budidaya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2006), dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif di gambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif terwujud angka-angka, hasil perhitungan atau pengukuran, dapat diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase.
Berdasarkan  tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa dari 82 orang responden, kepala keluarga  yang termasuk dalam kategori pengetahuan baik sebanyak 27 orang (32,92 %), pengetahuan cukup 43 orang (52,43 %) dan  pengetahuan kurang 12 orang (14,65 %). Hal ini menunjukkan bahwa kepala keluarga lebih banyak yang memiliki  pengetahuan kategori cukup  tentang kesehatan lingkungan dibandingkan dengan pengetahuan kepala keluarga kategori baik dan kurang. Hal ini kemungkinan disebabkan antara lain karena rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh kepala keluarga dan juga kurang mendapatkan informasi tentang kesehatan lingkungan atau kurang  mengikuti penyuluhan, sehingga pengetahuan kepala keluarga tersebut tidak berubah atau tidak bertambah bahkan menetap.
Sesuai dengan teori yang ada, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan dan keterpaparan informasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk menerima dan memperoleh informasi. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Rahmayanti yang berjudul Gambaran pengetahuan kepala keluarga tentang kesehatan lingkungan tahun 2008 yaitu pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan kepala keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka akan membuat kepala keluarga lebih cepat memahami dan menambah wawasan tentang kesehatan lingkungan baik dari media elektronik, media cetak, ataupun dari tenaga kesehatan. Untuk itu perlu bagi tenaga kesehatan  atau petugas kesehatan agar lebih meningkatkan pemberian penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan memberi motivasi pada masyarakat betapa penting  kesehatan lingkungan itu.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 82 orang responden. Berdasarkan tingkat pendidikan dari 82 responden yang memiliki pengetahuan kategori baik pada pendidikan SD tidak ditemukan. Dan pada tingkat SMP pengetahuan kategori baik berjumlah 4 orang dari 24 responden,  dan selebihnya 11 orang yang memiliki pengetahuan kategori cukup dan 9 orang yang memiliki pengetahuan kategori kurang. Sedangkan pada tingkat SMA, Diploma dan S1 lebih mendominasi  pengetahuan kategori baik dan cukup dibandingkan dengan  pengetahuan kategori kurang yang tidak ditemukan.  Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi  sangat mempengaruhi pengetahuan kepala keluarga.
Oleh karna itu Masyarakat perlu disadarkan akan pentingnya kesehatan lingkungan yang baik jika ingin menciptakan komunitas yang sehat dan bahagia. Apabila mereka mampu menjaga lingkungan dengan baik secara tanggung jawab, munculnya banyak penyakit, yang umumnya dikarenakan adanya lingkungan kotor, dapat dihindari. Saat melakukan proses inisiasi pengenalan kesehatan lingkungan, dibutukan kesadaran segenap elemen masyarakat sehingga tujuan dari terciptanya kesehatan secara menyeluruh dapat dirasakan oleh semua pihak yang nantinya manfaat dari kesehatan lingkungan juga dapat menguntungkan segenap masyarakat. Komitmen kuat dari dalam diri masing-masing orang di satu lingkungan tersebut menjadi proses awal yang harus dibangun. Tanpa adanya kesepakatan dan komitmen bersama, mustahil kesehatan lingkungan dapat tercipta mengingat jika lingkungan satu tidak terjaga kebersihannya, maka hal ini akan mempengaruhi buruknya kebersihan daerah lainnya.
Terciptanya masyarakat sehat yang mandiri dan berkemampuan akan menjadi harapan tersendiri saat mereka berhasil mengaplikasikan kesehatan lingkungan dengan baik. Jika masyarakat sehat, maka hal ini akan menciptakan generasi yang mandiri terutama secara finansial karena jiwa dan badan yang sehat tentunya akan memberikan semangat tersendiri serta rasa fokus bagi mereka dalam bekerja. Mereka tidak akan terbebani untuk berobat ke dokter sehingga konsentrasi dalam bekerja akan semakin meningkat. Ketika mereka sudah mandiri secara finansial, maka mereka berkemampuan untuk mengaktulisasikan diri dalam kehidupan masing-masing. Saat menggerakkan masyarakat agar sadar pentingnya kebersihan bagi kehidupan, mereka memerlukan contoh konkret yang bisa dilihat dari program pemerintah dalam mendukung kesehatan lingkungan juga menjadi bentuk dukungan pemerintah agar masyarakatnya tetap berfokus pada penciptaan lingkungan yang lebih baik. Pelaksanaan beberapa aktivitas dalam menggalang kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya tetap bersih dapat dilakukan dengan program pembersihan massal di daerah yang memungkinkan tempat berkumpulnya sumber penyakit seperti tempat pembuangan sampah akhir, sungai, gorong-gorong, hingga rumah masing-masing warga dapat mewujudkan terbangunnya komunitas pecinta kebersihan.
Dalam program tersebut, pemerintah perlu mendukung dalam memberikan peralatan atau menyediakan segala sesuatu yang terkait dalam mendukung upaya masyarakat terhadap kesehatan lingkungan tersebut sehingga komunikasi dapat terjalin dan sinergi antara masyarakat dengan pemerintah. Pihak terkait seperti dinas kesehatan juga memiliki kontribusi signifikan dalam memonitor serta memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk menciptakan kesehatan lingkungan. Mereka sebaiknya secara berkala melakukan sosialiasi kepada warga mengenai masalah kesehatan apa yang saat ini mungkin dihadapi dalam sebuah lingkungan, sehingga kounitas masyarakat dapat menyumbangkan solusinya sehingga apa yang menjadi tujuan bersama dapat terwujud. Masyarakat jelas sangat dibutuhkan kontribusinya dalam hal ini karena mereka yang sangat
Upaya mewujudkan kesehatan lingkungan yang sehat memerlukan komitmen semua pihak yang terkait sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing yang saling menunjang. Komunikasi antar pihak secara berkesinambungan diperlukan untuk menumbuhkan partisipasi aktif.







BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Kepala keluarga yang termasuk dalam kategori pengetahuan baik adalah sebanyak 27 orang (32,92 %)
2.      Kepala keluarga yang termasuk dalam kategori pengetahuan cukup adalah sebanyak 43 orang (52,43 %)
3.      Kepala keluarga yang termasuk dalam kategori pengetahuan kurang adalah sebanyak 12 orang (14,65 %)
B.     Saran
1.         Manfaat praktis 
Diharapkan Informasi yang dihasilkan dari penelitian ini dapat  menjadi masukan untuk menambah pemahaman kepala keluarga tentang kesehatan lingkungan dan kepala keluarga mampu mengaplikasikannya untuk  dapat  berperilaku hidup bersih dan  sehat.
2.      Manfaat teoritis
Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk lebih rajin memberikan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan guna meningkatkan pengetahuan kepala keluarga tentang pentingnya kesehatan lingkungan. Dan diharapkan kepada pemerintah setempat agar memperhatikan keadaan lingkungannya dengan terjun langsung kelapangan.

DAFTAR PUSTAKA
Chandra budiman, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta : EGC, 2006

Entjang Indan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung : Citra aditya bakri, 2000

Hidayat Alimul Aziz A , Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data, Jakarta : Medika Salemba, 2007

Prabu, 2009,  kesehatan lingkungan (online), http//: putraprabu.wordpress.com, (diakses 1 agustus 2012)
Sumijatun dkk, konsep dasar keperawatan komunitas, jakarta : EGC, 2005

Suparyanto Dr, M.Kes, 2010, Konsep dasar pengetahuan  (online), www.google.com (diakses 2 agustus 2012)

Slamet Soemirat Juli, kesehatan Lingkungan, jogjakarta : gadjah mada university press, 2009

, 2009, Kesehatan Lingkungan (online), http://environmentalsanitation.worpress.com, (diakses 3 agustus 2012)
                         , 2009, Kesehatan lingkungan (online),     http://www.scrib.com/doc/19374542/ (diakses 3 agustus 2012)
                         , 2009, Kesehatan Lingkungan (online)              http://kesehatanlingkungan.com (diakses 3 agustus 2012)
Yani Achir S. Hamid, Buku Ajar Riset Keperawatan: Konsep, Etika, dan Instrumentasi, Jakarta: EGC, 2007



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar